Bunga bangkai, atau dikenal dengan nama ilmiah Amorphophallus titanum, pertama kali ditemukan pada tahun 1878 oleh seorang ahli botani Italia bernama Odoardo Beccari. Penemuan ini terjadi di hutan tropis Sumatra, Indonesia, yang merupakan habitat asli bunga langka ini. Sejak itu, bunga bangkai telah menjadi salah satu flora paling unik dan menarik perhatian para ilmuwan, peneliti, serta pecinta alam dari seluruh dunia.
Awal Penemuan
Beccari menemukan bunga bangkai di kawasan Sumatra Barat saat melakukan ekspedisi botani. Dalam laporannya, ia mencatat bahwa bunga ini memiliki ukuran yang luar biasa besar dan aroma khas yang menyengat. Tanaman ini menarik perhatian karena ukurannya yang mencolok dan siklus mekarnya yang tidak biasa.
Beccari mengumpulkan spesimen bunga tersebut dan mengirimkannya ke Florence, Italia, untuk dipelajari lebih lanjut. Sejak saat itu, bunga bangkai menjadi subjek penelitian botani yang signifikan.
Pengakuan Ilmiah
Setelah penemuan Beccari, bunga bangkai diakui sebagai spesies baru oleh komunitas botani internasional. Nama Amorphophallus titanum diberikan karena bentuk bunganya yang unik, dengan arti “penis raksasa tanpa bentuk” dalam bahasa Yunani, menggambarkan struktur bunga yang menyerupai tongkol besar (spadix) yang dikelilingi oleh selubung bunga (spatha).
Penyebaran ke Dunia
Bunga bangkai mulai diperkenalkan ke kebun raya di berbagai negara untuk penelitian dan konservasi. Salah satu momen penting dalam sejarah bunga bangkai adalah saat tanaman ini berhasil mekar di Kebun Raya Kew, London, pada tahun 1889. Peristiwa ini menarik perhatian besar dari publik, menjadikan bunga bangkai simbol eksotisme flora tropis.
Studi dan Penemuan Lanjutan
Penemuan Beccari memicu ekspedisi lebih lanjut untuk mempelajari flora langka ini. Para peneliti menemukan bahwa bunga bangkai tidak hanya unik karena ukurannya, tetapi juga siklus mekarnya yang jarang terjadi, biasanya setiap 7–10 tahun sekali. Proses mekarnya berlangsung selama 24–48 jam, membuatnya semakin istimewa.
Pelestarian dan Tantangan
Sayangnya, populasi bunga bangkai di alam liar terus berkurang akibat deforestasi dan perambahan hutan. Program konservasi kini dilakukan di berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk melindungi tanaman ini dari kepunahan.
Bunga bangkai bukan hanya keajaiban botani, tetapi juga simbol penting perlunya pelestarian keanekaragaman hayati. Penemuan dan penelitian berkelanjutan tentang bunga ini memberikan wawasan mendalam tentang keunikan flora tropis dunia.